Alifya, ya begitulah sapaanku padanya. Sosok
yang tak pernah kutemui sebelumnya. Kami kenal sejak pertama saya menginjakkan
kaki di tanah rantauan ini. Sosok yang begitu menginsprasi, dan senantiasa
memberi motivasi kepadaku untuk tetap berkarya.
“
Fy, hari ini panas sekali yah, rayuan bantal membuatku betah di kamar ini,”
ucapku sambil membaringkan badan di atas kasur yang sudah tak empuk.
“Jiah,
nah lo? Hayolah.. kita ngademnya nanti di kampus” Bujuk Fy
“
aahhhh (geram) ,, sabar yah, istrahat sejenak dulu,” tepisku
Lama kami bercengkarama di sebuah kamar kecil
itu. Tak lama kami bercengkrama, kami pun berjalan menuju kampus yang tak jauh
dari kamar kosku. Matahari mulai menyayat kulitku. Aku begitu geram pada Fy
yang terus memaksaku ngampus meski tak ada kuliah. Aku tak tahu apa yang
membuat sahabatku yang satu ini hobbi banget ngampusnya. Tak ada kata hujan,
panas, semua diterobos menuju kampus.
Koridor
fakultas demi fakultas nampak begitu legang, tak ada orang-orang yang
berkeliaran seperti biasanya. Ya, hari ini tepatnya hari libur (cuti bersama)
karena hari ini kan puasa pertama bagi umat muslim.
“ Aduh, kenapa puasa dijadikan alasan
untuk tidak beraktifitas?” gumamku
Tanpa sedikitpun respon dari sahabatku
yang super duper aneh ini. Arah kaki kami melangkah begitu tidak jelas. Kami
memutuskan untuk singgah di sebuah taman yang cukup adem dan dapat
menghilangkan sedikit penat. Saya dan Fy beristrahat di taman itu sambil
membuka laptop masing-masing. Kami pun tak saling mempedulikan satu sama lain
karena sibuk bercengkarama dengan dunia masing-masing. Selang beberapa lama,
Nurul datang. Suasana mulai berubah karena kami asyiek mendengar cerita yang
seakan tak akan ada ujungnya. Saya dan Fy mulai tergoda untuk bercerita dan
meninggalkan dunia kami yang tadinya membuat taman ini begitu sunyi senyap.
Waktu
berjalan begitu cepat, rona senja mulai nampak di ufuk barat. Kami bergegas
kembali ke tempat masing-masing. Saya jalan begitu sumringahnya, hingga suatu
kejadian yang tak pernah kuduga dan sama sekali tak pernah terfikir olehku,
kejadian yang menyayat hatiku.
Jalanan memang begitu sepi, tapi hati
meronta, marah, kesal, jengkel dan semua luapan amarah menghujam dalam diriku.
Mata mulai mengeluarkan bola keristal kecil. Berupayah mempercepat langkah
kakiku yang sebenarnya sedah tak sanggup untuk kukerahkan. Setiba di kamar
kosku, luapan emosi itupun keluar dengan sendirinya. Mataku sembab, semua
karena kebodohanku sendiri. Waktu silih berganti. Begitu sakit hati ini,
sungguh kebohonganku pada diriku sendiri sudah tak mampu tertahankan. Ponsel
kecil yang selalu menjadi teman curhatku. Mengubah luapan emosi yang tak
terbendung menjadi sajak-sajak indah yang menyakitkan.
***
Pagi ini begitu menyesakkan
rongga udara dalam dadaku, tak ada oksigen yang sanggup kuhirup. Hati seakan
mencekam, semua pergi, semua hilang dan yang tersisa hanyalah kemarahan. Tak
mampu membendung semuanya, pagi buta itu disambut dengan hujan deras yang
membuat aliran sungai kecil di mukaku ,
“Bodoh, kenapa harus
nangis? Memangnya semuanya akan berhenti begitu saja? Apakah kehidupan ini
berakhir tanpanya? Tidak, kenapa harus keluarin air mata, air mata tidak ada
yang jual. Iis, kamu harus hadapi semuanya, senyum..senyum..hayo,,jangan nangis
lagi” desahku sendiri
Tiit..tit..tit..
Pesan singkat dari El. Yah seseorang
membuatku terlihat bodoh,dan menjatuhkan butiran Kristal kecilku.
“ Woii,,, kemana aja? Tidak ada kabarnya
seharian, kangen tau”
Senyum pahit yang kumunculkan hanya
membuatku berdecak tanpa sedikit pun niat untuk membalas pesannya. Yah,
begitulah rasanya perih bagai sayatan sembilu yang telah ia goreskan dan tak
sanggup untuk aku maafkan. Hatiku sakit, pikiranku tak karuan karenanya.
Mengotak-atik cp yang ada di hp.ku,
tanganku langsung saja memencet tombol delete,
dan yah, dia sudah kuhapus dalam daftar kontak yang ada di hpku. Seakan lari
dari masalah, berharap segera melupakannya, tapi hatiku tak mampu mengelakkan
perasaan yang telah kupendam dan tak ingin seorang pun tau itu kecuali Yang
Maha Mengetahui.
***
Sebulan telah berlalu, akhirnya semua
kembali seperti biasa, tak ada lagi tangisan, tak ada lagi ocehan, meski bekas
goresan itu akan tetap membekas dalam hatiku.
Hidup kembali dengan lembaran baru, yah
mulai memberikan tinta di lembaran baru itu.
Melihat, banyak tumpukan kumpulan cerpen
di depanku, salah satu judul buku itu yang membuatku sangat tertarik untuk
membaca, tanpa seizin pemilik buku, kuraih buku itu dan membacanya. Satu
kalimat yang begitu mengena dan begitu terngiang di awan awan pikiranaku
“ Pertemanan sering kali diakhiri dengan
cinta, tapi bercinta jarang diakhiri dengan pertemana”
Sependapat dengan hal itu, dan memang
benar. Itulah yang ku rasakan saat ini. Kembali memutar film masa laluku dengannya.
Sekarang tak ada air mata ketika mengingatnya hanya senyuman ngejek yang
kulukis di wajahku.
“ Dasar, abg labil (ababil). Hemmm”
gumamku dalam hati
“Assalamu’alaikum..”
ujar
salah seorang teman karibku
Membangunkanku dari lamunan masa laluku.
Dan denga semangat, kuceritakan semuanya pada temanku ini. Panjang cerita, kami
hanya bisa tertawa mengingat semuanya.
***
Roda waktu tak pernah berhenti untuk
berputar, malam silih berganti, hari demi hari, bahkan bulan demi bulan berlalu
begitu saja. Tak terasa setahun lama saya memutuskan silatuhrahmi dengan
temanku sendiri bahkan dia tempatku berbagai keluh kesah. El, orang yang telah
menoreskan luka hati ini. Pikiranku mulai kembali jernih dan sedikit dewasa.
Mencari no kontak El, dan alhamdullillah dapat. Tak menunggu lama, saya
langsung membuat konsep pesan singkat untuk kukirim kepadanya. Memohon maaf
atas sikapku selama ini yang tidak wajar dan seharusnya tak pantas kulakukan
kepadanya.
Beruntung
sekali, dia tidak menyimpan dendam padaku, dan ia seakan paham betul dengan
sikapku yang cukup egois dan menyuruhku melupakan kejadian setahun lalu.
@all my friend:
aseeeekkkkkk
BalasHapus