Kamis, 30 Agustus 2012

Penantian yang Terbayarkan


Tamalanrea, 30 Agustus 2012


Di sebuah kamar kos yang tak begitu luas, kurebahkan badan ini. Tak tahu apa yang harus kulakukan. Mencoba mencari inspirasi dari mereka, tak kutemukan jua. Bosan berlama-lama di depan laptop tanpa inspirasi apapun, sejenak ku meninggalkannya begitu saja. Beralih membereskan kamar dan nyuci tumpukan pakaian yang berhari-hari (malas berurusan dengan PR). Kekesalanku mulai muncul ketika menemukan kerang air yang kering tanpa ada setitik air yang menetes.
“ Iiihhh… jengkelku.. kenapa ini air gak ngalir-ngalir kah? Aarggh… tidak beres” gumamku
Kembali ke kamar dengan kesal dan ngoceh sendiri. Kembali ke tempat peraduanku yang pertama, yah.. duduk dengan muka kusut di depan layar 12.1” ini. Mencoba menghilangkan kekesalan ini dengan main game, tapi mainnya juga kacau. Bosan, dengan game, kurebahkan badanku di tempat tidur. Mencoba menutup mata,tapi tak tidur. Entah angin apa dan bisikan dari mana, teringat dengan satu benda yang sudah beberapa hari ini membuatku gegana. Sepeda, yah..inilah barang yang membuatku gegana beberapa hari ini.
            Keinginanku kuat untuk bersepeda mengelilingi kampus merah ini seakan bergejolak. Tak bisa diapikkan, niatku hampir menuju 100% untuk bersepeda, namun satu hal yang menjadi kendala, saya tak mau bersepeda sendiri. Berpikir,,,berpikir dan berpikir, jangan sampai rencanaku bersepeda hari ini gagal lagi.      
            Tiba-tiba, suara adzan terdengar. Segera saya wudhu dan shalat adzhar. Sehabis shalat, kembali merebahkan badanku ke tempat tidur dan alhasil saya hanya bisa mika miki . Mencari Hp yang tak tahu di mana saya menyimpannya, dan ternyata, Hp itu ada di bawah bantal. Setelah menemukan hp itu, dengan iseng saya membuat new message untuk di send all.
“ Siapa mw pi naik sepeda? “RezMul”… (pesan terkirim)
Tak berselang lama, satu pesan baru masuk. Segera kubuka SMS yang masuk, dan senang, ada yang merespon pesanku. Senang rasanya hati ini, akhirnya saya bisa naik sepeda dan tidak sendiri.
***
            Jam berputar begitu cepat, hatiku mulai gelisah. Keraguan dan ketakutan mulai muncul begitu saja, berharap masih ada sepeda yang bisa dipinjam.
Imam, masih adaji kah sepeda kira-kira” Gumamku
Masih adaji, ky, tadi saya lewat di situ masih banyakji saya liat sepeda disana” ujarnya
Apa yang dikatakan imam sih sedikit membuatku tenang, tapi dikit ragu juga sih.
Sepanjang jalan, berharap semoga hari ini bisa bersepeda (ngabuburit keliling kampus dengan sepeda). Setibanya di sana, cemas mulai menggerogoti pikiranku dan alhasil ketakutanku pun benar.
“ Pak masih adaji sepeda bisa dipinjam?” ujar imam
tidak adami de’, habismi” balas pak satpam
Menunjuk ke arah kumpulan sepeda orange itu “yang di sana pak, tidak ada yang pake?” obrolan imam makin panjang hingga entahlah apa namanya
“ jiahh,, harapanku tidak terkabulkan” ucapku dalam hati
Seperti sedang membaca pikiranku, imam hanya bilang “ sabar ki”
Seiring dengan putaran jam, makin banyak orang yang mengantri di sana. Untung saja namaku sudah kutulis dalam daftar. Lama kami menunggu di sana, “Tidak usah naik sepeda, naik rusa saja” celoteh imam
Tertawa mendengar perkataan itu, tapi satu hal yang kulakukan sekarang, hanya sabar menunggu dan menunggu. Sesekali kulihat jam, dan ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 17 lewat sekian menit. Tak terasa, sudah lama saya menunggu dan sepertinya saya sudah punya niat untuk kembali dengan kecewa yang membelenggu.
***
            Senang rasanya hati sekarang, akhirnya saya bisa juga bersepeda dan tidak pulang dengan kecewa. Meskipun, hampir saja mata ini mengeluarkan setitik air yang akan siap membentuk sungai di wajahku. Terjadi insiden yang tidak mengenakkan dan sangat kusesalkan, hingga temanku tidak ikut bersepeda. Keegoisan dalam jiwaku mulai muncul, seolah tak peduli dengan kejadian itu, saya mengayuh sepeda itu mengelilingi kampus merah. Menikmati perjalanan, menikmati asyieknya bersepeda dan GAWAT, saya lupa kalau saya sudah membuat teman saya nunggu sangat lama.
Langit mulai gelap, matahari akan kembali keperaduannya dan sebentar lagi adzan magrib berkumandang. Saya kembali ketempat tadi dan pulang ke kosan dengan perasaan bahagia karena harapaku tak sia-sia.

@imamu hidate, makasih yah sudah mau direpotkan.:-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar