Kristal bening ini telah membuncah,
Kerinduan yang sangat mendalam, Tetesan Embun yang menjadi nadi kehidupanku
Langit malam, adakah kau mengerti
apa yang kurasakan saat ini?
Dalam
lamunanku, teringat sosok polos, sosok yang selalu ada dalam hari-hariku,
tiba-tiba menghampiriku.
“Kak
Rizki, mau pulang? Lebaran di sini saja kak, kami rindu kakak, tinggal di sini
sajaNad ya?”
Pertanyaan
yang hanya mampu kujawab dengan seutas senyum sembari berkata “Insya Allah,
nanti kalo kakak punya rezeki, punya kesempatam, kakak nanti jalan-jalan ke
sini lagi.”
Muka
polos itu mulai melemas, hati ini berusaha kukendalikan, membantuku menahan
kristal bening itu untuk tetap berada di peraduannya.
Malam
ini, langit malam tanpa kilaua cahaya bulan, malam yang kehilangan bintang
kecil di sana, malam yang kehilangan pesonanya, mendamba kehadiran bulan dan
bintang. Tapi, malam, sekarang kau tak sendiri dalam kegalauan itu, kegalauan yang sama mulai melanda sosok perempuan itu di
sudut jendela keheningan malam. Kerinduan yang dia rasakan tak terelakkan, kristal
bening yang sedari tadi ia tahan pun keluar dari peraduannya, membuncah tak terelakkan.
Tersadar, sekarang waktu dan jarak menjadi pemisah bagi kita.
Tiga
bulan lamanya, perpisahan yang terjadi membuatku memanggil memori indah yang
telah kurapikan, kerinduanku pada mereka, kepada keluarga baruku di sana,
keluarga kecil nan hangat. Detik demi detik, menit berubah menjadi jam, jam berubah
menjadi hari, siang dan malam pun silih berganti. Sebulan bukan waktu yang
cukup bersama mereka, kehangatan keluarga kecil itu sangat melekat indah dalam
alam sadarku. Agustus, yah, bulan itu menjadi saksi perpisahan kita, bulan itu
menjadi penutup akhir cerita kita.
Menjelajah
memori indah yang pernah ada, mengingat semua kenangan yang kita buat.
Adakah waktu bagi kita untuk selalu
bersama?
Menghapus jarak dan waktu yang
menjadi pemisah.
Adakah kalian merasakan hal yang
sama?
Indah,
terlalu indah. Berharap ada mesin waktu, kembali ke masa itu, masa kita bersama,
menguak kembali cerita yang pernah di buat. Langit malam, kuharap kau
menemaniku malam ini, menghela kerinduaku pada mereka. Langit malam, jangan
pernah bosan dengar keluhaku, keluh kesahku padamu.
Sekarang,
langit tak berbintang, tak ada cahaya rembulan, malam sunyi menemaniku di sudut
ruang bercelah itu.
Langit malam, tahukah kau
kerinduanku saat ini?
Bisakah kau mengintip langit lain
di sana?
Bisakah kau menanyakan kabar
tentang mereka?
Adakah mereka merasakan apa yang
kurasa saat ini?
Langit malam, bantu aku tersenyum
malam ini
Bantu aku, menghilangkan kerinduan
ini
Langit tak berbintang, aku menunggu
jawabanmu
Jangan biarkan kerinduan ini
menghanyutkanku
Kerinduan dan hati yang penuh tanya
Langit malam, bantu aku
Kirimkan seseorang malam ini, tuk mengobati
kerinduanku
Kerinduan yang
kurasakan, luapan hati yang tak terjawab, malam ini, hanya harapan besar yang
mampu kuutarakan, berharap sosok polos itu datang dan mengobati kerinduanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar